Sejarah Madrasah

Pembentukan MAN Insan Cendekia berawal atas kebutuhan sumber daya manusia yang memiliki kualifikasi tinggi akan ilmu pengetahuan maupun teknologi dan sejalan dengan keimanan maupun ketakwaan. Prof. Dr. Ing. B. J. Habibie menginisiasi lewat BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) membentuk STEP (Science and Technology Equity Program).Tujuan STEP adalah penyetaraan program ilmu pengetahuan dan teknologi untuk sekolah di lingkungan pesantren.

Pada tahun 1996, STEP melekatkan nama SMU Insan Cendekia sebagai nama lembaga pendidikan. STEP memilih lokasi di Serpong (Banten) dan Gorontalo. Rancangan model pendidikan STEP mengambil filosofi magnet school. Lembaga pendidikan ini mampu menarik sekolah sekitarnya untuk terpicu dalam prestasi dan menyiapkan calon pemimpin masa depan bangsa. Pada tahun 2000, BPPT melimpahkan manajerial SMU Insan Cendekia ke Departemen Agama RI. Alih tata kelola ini mengubah nama SMU menjadi MAN (Madrasah Aliyah Negeri) Insan Cendekia. Meskipun demikian, ciri dan karakter pendidikan STEP tetap melekat dan tidak berubah.

Untuk memperluas semangat Insan Cedekia, pemerintah melalui Kementerian Agama RI mendirikan enam MAN Insan Cendekia yang merupakan replikasi MAN Insan cendekia yang sudah ada yaitu Serpong, Gorontalo dan Jambi. 

Pada tahun 2013 Aceh Timur merupakan salah satu lokasi yang dibangun MAN Insan Cendekia dengan lahan seluas 10 Ha yang merupakan hibah dari Pemkab Aceh Timur, dan saat ini dalam proses pembangunan dan telah dioperasikan untuk tahun ajaran 2015/2016.

Madrasah ini akan dapat mendongkrak peningkatkan mutu pendidikan di madrasah dan perluasan akses pendidikan dengan keunggulan-keunggulan sistem yang dilatar belakangi dengan sistem pendiidkan Islami, di lingkungan Kementerian Agama Provinsi Aceh.

Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Aceh, dalam proses belajar mengajar nantinya mengikuti model madrasah yang telah meluluskan alumni terbaik madrasah di Indonesia semisal Madrasah Insan Cendikia yang ada di Serpong. 


DASAR PEMIKIRAN


MAN Insan Cendekia Aceh Timur adalah model satuan pendidikan jenjang menengah yang memadukan pendidikan agama Islam (PAI) dengan pengayaan pada bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai cirri khas utamanya. 

Keunggulan MAN Insan Cedekia dibandingkan madrasah lainnya adalah:

  1. Pengembangan kurikulum dan pembelajaran mengacu kepada standar mutu di atas standar nasional pendidikan dan berbasis keunggulan lokal.
  2. Dikelola berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), dengan dukungan pendidik dan tenaga kependidikannya memenuhi kualifikasi yang disyaratkan.
  3. Fasilitas pembelajaran yang tersedia memenuhi persyaratan kesehatan, keselamatan, kenyamanan, dan keamanan.
  4. Peserta didik wajib tinggal di asrama (Asrama Insan Cendekia) yang dikelola secara professional.
  5. Mewajibkan peserta didik berkomunikasi sehari-hari di lingkungan madrasah dengan menggunakan bahasa Indonesia, Inggris dan Arab.

Kehadiran MAN Insan Cedekia Aceh Timur diharapkan mampu memadukan sains-teknologi dan ilmu agama Islam (tafaqquh fiddin) yang bertumpu pada tiga peradaban (hadlarah), yaitu peradaban teks dan kitab (hadlaratun-nash), peradaban ilmu (hadlaratun-ilmi), dan peradaban filsafat (hadlaratun-filsafah). Dengan keterpaduan tersebut, MAN Insan Cendekia diharapkan menjadi pelopor upaya menghilangkan dikotomi ilmu pengetahuan Islam di Indonesia Khususnya di Aceh. MAN Insan Cendekia menempatkan etika Islam yang besumbur pada nilai-nilai universal Al-Quar`an dan Al-Hadis untuk menjiwai seluruh bidang keilmuan yang diajarkan. Islam mengembangkan ilmu yang bersifat universal dan tidak mengenal dikotomi, antara ilmu qauliyyah (hadratul-nash) yaitu ilmu-ilmu yang berkaitan dengan teks keagamaan, seperti Al-qur`an dan Al-hadis, aqidah akhlak, fikih) dengan ilmu-ilmu kauniyah-ijtima`iyah (hadratul-`ilmi), yaitu ilmu-ilmu empiris-kemasyarakatan, seperti sejarah, sosiologi, antropologi, ekonomi dan juga dengan ilmu-ilmu filsafat (hadratul-filsafah). Ketiga wilayah keilmuan tersebut dikaji secara mendalam dan tepadu.

Pengkajian dan pendalaman keilmuan berangkat dari paradikma humanistic-etis dengan dukungan strategi yang terpadu. Ilmu-ilmu yang akan diajarkan di MAN Insan Cendekia, jika didasarkan pada nomenklatur keilmuan yang telah ada pada standar isi, terdiri atas ilmu humaniora (bahasa, sejarah umum dan kebudayaan Islam, demokrafi), ilmu sosial (sosiologi, ekonomi, geografi sosial) dan ilmu alam (fisika, kimi, biologi, geografi fisik), yang kajian-kajiannya dipadukan dengan ilmu Al-Quar`an dan Al-hadis.

Pengkajiannya dilakukan secara kreatif dan hermeneutik sehingga dapat diinterprestasikan secara terus menerus seiring  dengan perkembangan zaman. Nilai-nilai universal yang terkadung dalam Al-Qur`an dan Al-Hadits menjadi pijakan dan pandangan hidup (view of life) yang menyatu dalam satu tarikan nafas keilmuan dan keagamaan yang diabdikan bagi kemaslahatan umat manusia. Keterpaduan keilmuan ini akan diwujudkan dan dikembangkan dalam pembelajaran di dalam kelas dan aktivitas di luar kelas.

Keterpaduan ketiga bidang peradaban (hadlarah) ini diharapkan dapat melahirkan lulusan MAN Insan Cendekia yang kuat aqidah dan pengetahuan agamannya (tafaqquh fiddin), luas dalam pemikirannya. Pada gelirannya lulusan MAN Insan Cendekia Aceh Timur dapat di terima di perguruan-perguruan tinggi terkemuka, baik di dalam maupun luar negeri dan bermanfaat bagi kehidupan di masyarakat.